Self Concept atau Konsep Diri

Calhoun & Acocella (1990) menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Sementara itu Hurlock (dalam Nasution, 2007) mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri, karakter fisik, psikologis, sosial. Emosional, dan prestasi. Keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri ini menentukan tindakan dan pandangannya terhadap dunia dan orang lain.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud dengan konsep diri dalam penelitian ini adalah gambaran diri yag mencakup pandangan, perasaan, dan penilaian yang terakumulasi dalam persepsinya mengenai kualitas fisik, sosial dan psikologis yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya.

Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan melainkan melalui proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan-harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu, individu mulai bisa membedakan antara dirinya, orang lain dan benda-benda di sekitarnya dan pada akhirnya endividu mulai mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri (Calhoun & Acocella, 1990).

Konsep diri yang pertama kali terbentuk disebut konsep diri primer (Hurlock, 1974). Hal ini diperoleh di lingkungan keluarga terutama pada tahun–tahun awal kehidupan. Kemudian konsep diri akan terus berkembang sejalan dengan semakin luasnya hubungan sosial yang diperoleh anak. Bagaimana orangorang disekitarnya memperlakukan dirinya, apa yang mereka katakan tentang dirinya, status yang diraihnya dalam kelompok akan memperkuat dan memodifikasi konsep diri yang telah terbentuk dalam keluarga.

Sumber informasi untuk konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa dia (Cooley dalam Calhoun & Acocella, 1990). Individu membayangkan bagaimana pandangan orang lain terhadapnya dan bagaimana mereka menilai penampilannya. Penilaian pandangan orang lain diambil sebagai gambaran tentang diri individu. Orang lain yang dianggap bisa mempengaruhi konsep diri seseorang adalah (Calhoun dan Accocela, 1990 ):

Orang tua. Orang tua memberikan pengaruh yang paling kuat karena kontak sosial yang paling awal dialami manusia. Orang tua memberikan informasi yang menetap tentang diri individu, mereka juga menetapkan pengharapan bagi anaknya. Orang tua juga mengajarkan anak bagaimana menilai diri sendiri.

Teman sebaya. Kelompok teman sebaya menduduki tempat kedua setelah orang tua terutama dalam mempengaruhi konsep diri anak. Masalah penerimaan atau penolakan dalam kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap diri anak.

Masyarakat. Masyarakat punya harapan tertentu terhadap seseorang dan harapan ini masuk ke dalam diri individu, dimana individu akan berusaha melaksanakan harapan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa individu tidak lahir dengan konsep diri. Konsep diri terbentuk seiring dengan pertumbuhan manusia melalui proses belajar. Sumber informasi dalam perkembangan konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain, yaitu orang tua, teman sebaya, serta masyarakat.

Jenis-jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

Konsep Diri Positif.
Konsep diri positif dapat disamakan dengan evaluasi diri positif, penghargaan diri yang positif, perasaan harga diri yang positif dan penerimaan diri yang positif. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Menurut Hurlock (dalam Nasution, 2007), anak yang memiliki konsep diri yang positif akan mengembangkan rasa percaya diri, sedikit perasaan rendah diri dan tidak mampu, mampu melihat diri sendiri secara realistis, sedikit bersikap, defensif seperti malu dan menarik diri serta memiliki harga diri yang tinggi.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas. Individu yang memiliki konsep diri yang positif menghargai kemampuan fisik, menyukai penampilan diri, dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap teman dan keluarga, mandiri dan bertanggung jawab.

Konsep Diri Negatif.
Konsep diri negatif sama dengan evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaaan rendah diri, dan tiadanya perasaan menghargai pribadi dan penerimaan diri. Orang yang tidak menerima dirinya sendiri cenderung tidak menerima orang lain.

Menurut Hurlock (dalam Nasution, 2007), anak yang memiliki konsep diri yang negatif akan mengembangkan penyesuaian sosial yang kurang baik, mengalami perasaan yang tidak menentu, inferioritas, menggunakan banyak mekanisme pembelaan dan memiliki level harga diri yang rendah.

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidk teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Aspek-aspek Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki oleh individu memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh individu tentang dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian mengenai diri sendiri (Calhoun & Acocella, 1990)
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertemperamen tinggi.
Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut dengan cara mengubah kelompok pembanding.
b. Harapan
Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa di masa mendatang (Rogers dalam Calhoun & Acocella, 1990). Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.
c. Penilaian
Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap saat. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.

Sementara itu Berzonsky (1981) (dalam Maria, 2007) mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri meliputi:
  • Aspek fisik (physical self) yaitu penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya.
  • Aspek sosial (sosial self) meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap perfomannya.
  • Aspek moral (moral self) meliputi nilai- nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
  • Aspek psikis (psychological self) meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki setiap individu terdiri dari 3 aspek, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan mengenai diri sendiri dan penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Harapan adalah apa yang individu inginkan untuk dirinya dimasa yang akan datang dan harapan bagi setiap orang berbeda-beda. Sedangkan penilaian adalah pengukuran yang dilakukan individu tentang dirinya saat ini dengan apa yang menurut dirinya dapat dan terjadi.

Share this article :

Ayo berlangganan Lowongan Pekerjaan - Peluang Kerja 2011! Silahkan daftarkan email anda untuk info Lowongan Kerja terupdate dari blog Lowongan Kerja, beasiswa dan peluang usaha ini.


0 Responses to "Self Concept atau Konsep Diri"

Leave a Reply

Silahkan memberikan komentar di blog Belajar Blog, Psikologi, Bisnis Online, Lowongan Pekerjaan. Kalau ada informasi lowongan pekerjaan atau info peluang usaha, jangan ragu untuk berbagi disini Page Lowongan Kerja on Facebook.
Thanks.

Blog Widget by LinkWithin